Dec 3, 2014

Suka atau tidak, inilah saya

Mari berbicara mengenai saya. Si perempuan pemeluk kenangan. Sejujurnya saya sendiri tak tahu siapa diri saya sendiri. Terkadang saya membiarkan orang lain menilai sendiri. Membiarkan imajinasi mereka menerka-nerka siapa, sih, seorang Wulansari? Membiarkan mereka menggunjing saya seenak perut mereka sendiri. Saya biarkan itu terjadi tanpa perlu saya menjelaskan siapa diri saya.

pic taken from sumber
Kita mulai dari dunia maya, karena sebagian hidup saya tercurah di sana. Sebenarnya saya tidak tahu, siapa yang paling orisinil dari saya di dunia nyata ataukah saya di dunia maya. Terkadang saat di dunia maya saya menjadi seperti diri sendiri tapi terkadang saya merasa itu hanya rekaan diri saya sendiri. Tapi, anehnya di dunia maya saya bisa mengutarakan apa yang saya inginkan, apa yang saya mau, dan apa yang saya tidak suka. Sedangkan, di dunia nyata saya menjadi penurut dan cenderung mengiyakan setiap orang berkata. 

Maka, saya putuskan siapa saya di dunia maya adalah saya sebenarnya. Jika, ada yang mengenal saya di dunia maya dan merasa saya begitu kejam, maka memang itulah saya sebenarnya.


Saya tidak menyukai teman-teman saya di dunia maya dalam beberapa hal. Di akun sosial facebook misalnya, mereka mengirim pesan bertanya siapa nama saya, saya tinggal di mana, dan saya sedang apa. Semua pertanyaan-pertanyaan itu membuat saya muak. Seperti yang kita tahu, saya menggunakan nama asli saya di facebook tanpa embel-embel nama "4L4Y" atau nama panggilan. Sangat jelas siapa nama saya. Dan, di profil facebook sudah ada domisili saya. Intinya, saya tidak suka basa basi. Saya sudah bukan remaja lima belas tahun yang baru saja mengenal facebook dan senang-senang saja diajak chatting. Dan, parahnya terkadang saat saya tidak membalas pesan-pesan semacam itu, mereka akan mengatai saya sombong atau bahkan menulis kata-kata kotor. Dan, jika saya membalas, suatu hari nanti mereka akan menanyakan hal yang sama.

Saya juga tidak suka dengan seorang teman yang memberi saya tanda dalam status-statusnya atau foto yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan saya. Dan, sialnya saya yang memberi tanda itu adalah orang yang saya kenal. Sehingga membuat saya tidak enak hati untuk melarangnya. Sekarang saya sedang mencari cara agar dia tidak memberi saya tanda apa-apa lagi. 

Dan, saya membenci sms yang berisikan kata-kata puitis yang dikirim secara random. Saya sangat membenci itu. Seperti yang saya katakan sebelumnya, saya bukan anak remaja lagi yang suka dengan hal seperti itu. Alangkah parahnya, yang mengirim sms itu teman sebaya saya sendiri. Saya mau berkata untuk tidak sms seperti hal itu, saya tidak enak hati. Ada juga sms dari seseorang dengan nomor tak kukenal bertanya "Ini siapa? Soalnya nomor kamu ada di ponsel saya". Kenapa begitu ribet bertanya nomor siapa jika dia sendiri tidak mengenalnya. Bukankah, lebih mudah menghapus dan melupakan? Dan, dia yang sms seperti itu duluan dan bertanya siapa saya tanpa memperkenalkan diri dahulu. Meskipun hanya lewat sms, seharusnya dia memperkenalkan diri dahulu. Tata krama dalam perkenalan.

Beberapa waktu lalu, seorang teman bertanya sesuatu pada saya. Saat itu saya sedang menulis, dan ketika saya menulis adalah waktu di mana saya tidak ingin diganggu. Tapi, teman saya tersebut mengirim pesan terus menerus di blackberry messeger saya untuk segera dibalas. Akhirnya, saya membalasnya dengan alakadarnya, yang penting informasi yang dia perlukan sudah didapatkannya. Tapi, apa hasilnya, dia mengatakan kalau saya jutek. Baiklah, saya menyerah. Setiap orang memiliki presepsi berbeda-beda. 

Di dunia nyata saya tidak sekejam itu. Saya lebih banyak mengalah dan membiarkan semuanya terjadi sesuai kemauan mereka. Saya seorang pendiam yang pasrah dengan keadaan. Lebih memilih untuk berdamai dan tidak ingin mencari masalah. Terlebih lagi dengan orang yang baru saya kenal. Percayalah itu bukanlah saya yang sebenarnya. 

Sebenarnya saat menghadapi sesuatu yang saya tidak suka, saya akan mati-matian menahan amarah saya. Menikamnya berkali-kali agar perasaan kesal itu terbunuh tanpa harus saya lampiaskan yang ujung-ujungnya memperburuk sebuah keadaan. Percayalah, seseorang yang sabar itu bukan karena dia terlahir menjadi orang yang sabar, tetapi seseorang pemarah yang berusaha keras menahan amarahnya. 

Bukankah sabar ada batasnya?

Memang. Jika, saya merasa kesabaran saya sudah terbatas, saya tidak akan berkata apapun. Cukup tinggalkan. Pergi. Kerahkan seluruh jurus tidak peduli yang kalian punya. Biarkan masalah itu selesai dengan sendirinya jika kalian tidak sanggup lagi untuk bersabar. Dan, kembalilah ketika kesabaran itu muncul kembali.

Mungkin, sebagian dari mereka akan menganggap saya (kalian) lemah. Tapi, saya selalu mengingat jika setiap manusia itu dilahirkan lemah, tidak berdaya. Maka, Tuhan memberi ujian-ujian yang bisa menguatkan kita. Memperkebal pertahanan kita. Mempercerdik otak kita.

Seringkali, saya merasa down ketika hal-hal sensitif terlontar dari bibir-bibir orang yang saya cintai. Misalnya, saya tidak cantik, karya saya buruk, dan perasaan saya tak sanggup menjadi penulis yang bagus, Dan, ketakutan bahwa semua mimpi-mimpi saya pada akhirnya hanya sekedar angan, tak berwujud. Namun, saya biarkan perasaan itu menggerogoti hati dan pikiran hingga puas. Setelah itu, saya bangkit kembali. Mengais-ngais kepercayaan diri saya yang telah hilang beberapa waktu lalu. 

Saya cantik, saya pintar, saya bisa menjadi seorang penulis. Kata-kata ini saya rapalkan berulang-ulang. Karena saya memilih membahagiakan diri sendiri ketimbang membahagiakan masalah saya.

Berbicara mengenai impian saya selalu bersemangat. Seakan saya ingin menunjukkan bahwa saya seorang pemimpi dan pejuang mimpi. Saya ingin seluruh dunia tahu, saya hidup di dunia ini punya tujuan. Punya sesuatu yang tertempel di dinding-dinding kamar saya,goal list. Saya akan memperjuangkan apa yang saya yakini dan percayai.

Dan, saya sangat senang bertanya pada yang lain. Apa mimpi kalian? Dan, saya selalu senang mendengarkan mimpi-mimpi mereka. Meskipun kebanyakan mereka berkata mimpi klise dan yang paling sulit untuk diwujudkan, membahagiakan orangtua.

Kenapa saya berkata paling sulit untuk diwujudkan? Karena sebagian orangtua bahagia saat mimpi-mimpi mereka untuk anaknya terwujud. Bukan mimpi anaknya, tetapi mimpi-mimpinya. Sedangkan, kita sebagai seorang anak memiliki mimpi sendiri. Terkadang, mimpi dan kemauan kita tidak sejalan dengan orangtua, dan itulah yang membuat kita sulit untuk membahagiakan mereka.

Namun, untuk kalian tahu, pada dasarnya orangtua bahagia jika kita juga bahagia dengan kehidupan kita. Orangtua hanya ingin melihat senyum di wajah kita meskipun tangan kita hanya menggenggam sebutir beras. Maka, tunjukkan pada kedua orangtua kita tentang mimpi kita dan yakinkan mereka bahwa kalian (saya) bisa mewujudkannya.

Bahagia itu sederhana, tetapi perlu perjuangan keras untuk mendapatkannya.





0 Comments:

Post a Comment

Komentar akan dimoderasi terlebih dahulu. Hanya memastikan semuanya terbaca :)

Usahakan berkomentar dengan Name/URL ya, biar bisa langsung BW balik saya ^^

Banner IDwebhost