Bagaimana Rasanya Setelah Operasi Caesar Eracs - Katanya, operasi caesar eracs itu minim sakit. Nyatanya, tidak benar-benar seperti itu.
Sebelumnya, saya sudah menceritakan bagaimana saya melakukan operasi caesar eracs. Kini, saya akan menceritakan bagaimana rasanya setelah melakukan operasi caesar eracs.
Sebelum masuk ke ruang rawat, dokter memberikan hal-hal yang harus kami lakukan dengan segera. Tentunya, untuk ke kamar sendiri, kami harus bisa menggerakan kaki terlebih dahulu, dengan artian bius sudah memudar. Jam sembilan malam, kami dibawa ke kamar. Saat itu, perut terasa sakit tapi masih bisa saya tahan. Akan tetapi, ada hal yang membuat saya tidak nyaman yakni kateter belum dilepas.
Saya benar-benar menanti kapan kateter boleh dilepas karena benar-benar membuat saya tidak nyaman. Lalu, saya juga merasakan ada darah yang keluar dari kelamin. Saya pikir, ketika persalinan dilakukan lewat operasi, saya tidak akan mengeluarkan darah nifas. Ternyata, tetap keluar, ya? Hihi.
Setelah di ruang rawat, setelah beberapa jam, saya disuruh untuk coba minum sebanyak tutup botol saja. Hal ini untuk mengetes apakah saya tidak mual atau muntah setelah minum. Saya lupa jeda berapa jam, tetapi kemudian saya diberikan susu bubuk dalam gelas plastik. Susu itu diseduh kemudian saya minum segera. Untungnya, saya tidak merasakan mual sama sekali. Sehingga, besok pagi sudah bisa makan - sebenarnya detik itu juga bisa makan, tetapi untuk jaga-jaga, saya makan paginya.
Oh ya, saya belum bertemu dengan anak. Sebab, setelah operasi selesai sudah larut malam, sehingga anak saya diletakkan di ruangan bayi. Keesokan harinya, baru dibawa ke kamar pribadi.
Belajar Bergerak
Ketika saya operasi usus buntu kelas 5 SD, yang saya ingat setelah operasi adalah saya menangis saat obat bius habis. Maklum, saat itu saya masih anak-anak. Hal lain yang saya ingat adalah saya baru boleh minum saat sudah bisa kentut. Sekarang, tidak begitu. Saya bisa langsung bisa minum beberapa jam setelah di ruang rawat inap, bahkan paginya bisa langsung makan.
Hal yang paling ditekankan sama dokter adalah saya harus belajar bergerak; miring kanan kiri, duduk, bangun, dan berjalan. Syukurlah, pagi itu juga saya bisa melakukan itu semua. Saya merasakan sakit, tapi bukan yang sakit banget seperti kata orang-orang. Saat itu, saya menyadari pain tolerance saya tinggi.
Pagi itu saya sudah berjalan kaki menyusuri lorong rumah sakit dengan infus. Di sebelah saya, suami siap siaga. Kami berjalan kaki ke ruang bayi, berharap bisa mengintip anak kami. Nyatanya, tidak bisa. Setelah itu, kami duduk-duduk di kursi kayu memanjang yang ada di lorong rumah sakit.
Tentunya, sebelum jalan-jalan itu, kateter saya sudah dilepas dan saya sudah berganti pakaian serta menggunakan pembalut. Menjelang jam tujuh pagi, anak kami dibawa ke ruang rawat inap.
Hal yang saya rasakan ketika sore hari adalah perut saya terasa panas. Luka operasi mulai terasa dan hal ini membuat saya kesulitan untuk bangun. Ketika dokter datang untuk mengontrol, saya bertanya mengenai hal itu. Ternyata, memang normal seperti itu. Saya pun ditanya apakah sudah bisa buang air kecil dan kentut. Ketika saya bilang sudah bisa, saya diperbolehkan untuk pulang.
Setelah di Rumah
Saya benar-benar ingin cepat pulih. Apalagi, saat itu saya ada deadline artikel yang harus segera saya selesaikan. Akan tetapi, ternyata perut saya benar-benar sakit yang cukup mengganggu, apalagi ketika saya bangun dari ranjang. Saya harus memegang tembok dan perut saya terasa menggantung dan aneh. Saya pun bertanya pada teman yang seorang apoteker, obat apa yang bisa mengurangi rasa sakit di perut saya? Sebab, obat dari rumah sakit tidak terlalu membantu.
Saya pun membeli obat yang disarankan teman. Meskipun masih terasa sakit, paling tidak, sudah lebih baik.
Beberapa hari pasca operasi, perban terlihat ada rembesan. Tentu, saya panik. Lalu, tiga hari sebelum kontrol saya diantar suami ke IGD untuk mengganti perban. Akan tetapi, ternyata kata mereka tidak ada rembesan. Saat itu, jahitan operasi ditekan-tekan. Terasa sakit tetapi masih bisa saya tahan. Untuk mengganti perban anti air, saya mengeluarkan uang sebesar Rp 300.000,-.
Seminggu setelah operasi, jahitan sudah terasa tidak terlalu sakit dan saya bisa beraktivitas normal meskipun tidak beraktivitas berat.
Setelah sebulan lebih, saya nyaris tidak merasakan sakit sama sekali. Hanya sesekali terasa gatal dan nyeri ketika terkejut. Selebihnya, jahitan sudah menutup dan kering. Bahkan, satu minggu setelah operasi saya sudah tidak perlu pakai perban dan minum obat karena jahitan sudah kering.
Begitulah pengalaman saya operasi caesar dengan metode eracs. Semoga bermanfaat!
0 Comments:
Post a Comment
Komentar akan dimoderasi terlebih dahulu. Hanya memastikan semuanya terbaca :)
Usahakan berkomentar dengan Name/URL ya, biar bisa langsung BW balik saya ^^